Senin, 27 Juni 2016

Naskah Drama "Tersenyumlah, Ayah..."

  Pemain drama “Tersenyumlah, Ayah..”
1.     Winda Sari Adelyna Simanjuntak    Sebagai       Uli
2.     Mei Dortua Rumahorbo                 Sebagai       Ibu Uli
3.     Anna Maria Panjaitan                     Sebagai       Tina
4.     Romasta Vassionita Silaen               Sebagai       Tika
5.     Noorlince Grace Purba                   Sebagai       Bella
6.     Surtiati Handayani Sinaga                Sebagai       Christin
7.     Meri Hamdayani Lumban Gaol        Sebagai       Madam Eno
8.     Elsanita Hutasoit                              Sebagai       Ibu Siska
9.     Mercita Helen Manurung                 Sebagai       Ibu Uti

Peran Tambahan
1.     Ayah Uli
 
Prolog  :
Masa muda merupakan masa yang paling bahagia, dimana biasanya para remaja menghabiskan waktu untuk bersenang-senang bersama teman sebaya. Tetapi tidak dengan Uli. Gadis remaja ini menikmati masa mudanya dengan bekerja membantu orang tua mencari uang untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka, terutama untuk biaya kuliahnya.
Uli                   : (sambil memijat ibu)
Bu… minggu depan kampus akan mengadakan praktikum dan kami diwajibkan mengikutinya. Gimana ini bu?
Ibu Uli             : (termenung) Memangnya berapa biaya yang dibutuhkan, nak?
Uli                   : Lima ratus ribu bu, gimana ya bu?
Tina                 : Bu, kepala sekolah sudah mendesak uang sekolahku yang sudah jatuh tempo. Lagi pula sudah tiga bulan aku menunggak uang sekolah bu. Kalau aku tidak membayarnya dalam minggu ini, aku akan diberhentikan sekolah.
Ibu Uli             : (sambil menghela napas) Uli, coba kamu hubungi ayah dulu, siapa tau ayah punya uang.
Uli                   : Baiklah bu, besok pagi saja aku menelepon ayah, siapa tau ayah sudah tidur.
*keesokan harinya..
Uli                   : Halo ayah! Ayah lagi dimana?
Ayah               : Masih di rumah, nak. Ada apa?
Uli                   : Ayah sehat? Sudah sarapan belum? Gimana pekerjaannya ayah?
Ayah Uli         : Kurang sehat nak, ayah belum sarapan, ya begini lah ayah belum mendapat pekerjaan dan masih mencari.
Uli                   : Ayah sakit apa? Ayah harus menjaga kesehatan, makannya juga harus teratur dan jangan menyerah ya yah mencari pekerjaannya, ya sudah yah cepat sembuh ya. Aku sayang ayah..
Ayah Uli         : Iya nak, jaga kesehatan juga disana dan jaga ibu dan adikmu.
Uli                   : Baiklah yah. (sambil menutup telepon)
(Lemas dan sedih) Bagaimana caranya kami mendapatkan uang lima ratus ribu? Tidak mungkin aku mengatakan hal ini kepada ayah. Ayah saja sedang sakit dan belum mendapat pekerjaan.
Ibu Uli             : (tiba­-tiba datang dan mengejutkan Uli)
Ada apa nak? Kenapa kamu menghayal begitu? Apa kamu sudah menelepon ayahmu?
Uli                   : Sudah bu..
Ibu Uli             : Lalu, apa yang dikatakan ayahmu?
Uli                   : Aku tidak jadi meminta uang kepada ayah, bu. Ayah sedang sakit dan tidak mempunyai pekerjaan.
Ibu Uli             : (membelai kepala Uli)
Uli                   : Ya sudah lah bu, aku tidak usah ikut praktikum, nanti aku sampaikan alasanku kepada dosen.
Ibu Uli             : Sudah nak, kamu ke kampus saja. Kamu tidak perlu ikut memikirkan hal itu. Kamu harus tetap ikut praktikum.
Uli                   : Baik bu, aku berangkat ke kampus ya. (sambil menyalam tangan Ibu)
*beberapa saat kemudian di kampus..
Bella                : OMG... rusak deh baju aku.. (memandang Uli)
Ih, kamu lagi, kamu lagi. Perasaan sial terus hidupku kalau ketemu kamu. Bisa nggak sih kamu nggak nongol dihadapanku sekali aja! Lagian kalau baju aku rusak kamu sanggup ganti? Kamu kan miskin, gayamu saja dekil.
Christin           : Iya nih, anak gembel. Gak tau diri banget kamu, sudah miskin, kuliahpun dibiayain kampus.
Uli                   : Maaf ya, aku nggak sengaja.
Tika                 : (Dari kejauhan Tika melihat Bella dan Christin memarahi Uli dan dia pun berlari menghapirinya) Ada apa ini? Kenapa kalian memarahi Uli?(membantu Uli berdiri dan mengemasi buku)
Christin           : Datang lagi nih pahlawan kesiangan,
Bella                : Bilangin tuh sama sahabat kamu biar jangan ganggu kehidupan aku lagi.
Uli                   : Tadi aku nggak sengaja nabrak Bella.
Tika                 : Uli kan nggak sengaja, lagian dia sudah minta maaf tadi. Nggak usah berlebihan gitu. (mengajak Uli pergi)
Prolog  :
Di rumah, ibu Uli memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang untuk praktikum Uli dan uang sekolah Tina. Ia pun menemui Uti untuk bertukar pikiran.
Ibu Uli             : Ibu Uti bagaimana ini ya? Anakku Uli akan mengikuti praktikum, tetapi aku tidak memiliki uang untuk biayanya, padahal itu diwajibkan untuk mahasiswa semester lima. Tina juga akan diskors dari sekolah jika uang sekolahnya tidak segera dibayar.
Ibu Uti            : Memangnya biaya yang kamu butuhkan berapa banyak bu Uli? Aku mengenal seorang rentenir, mungkin dia bisa membantumu.
Ibu Uli             : Ya sudah tidak apa-apa, karena tidak ada lagi jalan lain. Kalau bisa ibu bawa saja dia kerumahku nanti.
Ibu Uti              : Baiklah bu Uli.
Prolog  :
Ibu Uli menyetujui saran yang diberikan Ibu Uti untuk meminjam uang kepada rentenir tanpa dia ketahui bahwa rentenir itu merupakan rentenir yang kejam dan mengambil banyak sekali keuntungan. Tidak berapa lama kemudian Ibu Uti pun datang dengan membawa Madam Eno, sebutan untuk rentenir itu.
Madam Eno    : Hai ibu, aku dengar dari ibu Uti kalau ibu sedang membutuhkan bantuan uang. Apakah itu benar?
Ibu Uli             : Iya bu. Saya sedang butuh uang untuk biaya sekolah anakku.
Madam Eno    : Baiklah. Pertama, panggil aku Madam Eno jangan panggil ibu, kesannya aku kelihatan tua. Kedua, kalau kamu mau meminjam uang sama aku bunganya 25%. Ketiga, aku nggak suka kalau menunggak terlalu lama. Gimana?
Ibu Uli             : (terkejut) Bisa saya minta nomor handphone madam? Biar saya ceritakan dulu kepada suami saya.
Madam Eno    : Minta saja nanti kepada si Uti.
Prolog  :
Sepulangnya Madam Eno dari rumah, ibu Uli langsung menelepon suaminya dan menceritakan bahwa dia akan meminjam uang kepada rentenir. Suaminya pun terkejut dan sedikit marah tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena ia juga belum menerima gaji. Tetapi, karena bujukan ibu Uli akhirnya ayah Uli menyetujui saran dari isterinya. Ibu Uli pun langsung pergi kerumah Ibu Uti untuk meminta menghubungi Madam Eno.
Ibu Uti             : (mengambil kontak Madam Eno)
Halo madam, ibu Uli setuju meminjam uang dengan syarat yang madam berikan. Dan dia ingin meminjam uang satu juta rupiah.
Madam Eno    : Baiklah, nanti sore ku antarkan uang itu kerumahnya.
*beberapa saat kemudian di rumah ibu Uli..
Madam Eno    : (mengetuk pintu) Permisi… ada orang di rumah? Madam Eno datang nih.
Ibu Uli             : (bergegas membuka pintu) Ya sebentar..
Eh, madam Eno ternyata. Silahkan masuk.
Madam Eno    : Terimakasih, aku nggak lama kok disini, karena aku masih punya banyak urusan. Saya datang untuk mengantar uangmu saja. Ini uangnya (menyodorkan amplop).
Ibu Uli             : Terimakasih madam.
Madam Eno    : Bulan depan harus dibayar cicilan pertamanya. Tidak ada kata telat.
Ibu Uli             : Baiklah madam.
*beberapa saat kemudian Uli dan Tina sampai di rumah…
Uli                   : Itu tadi siapa bu? Gayanya seperti rentenir.
Tina                 : Iya, kakak benar. Apa ibu meminjam uang kepada ibu rentenir itu?
Uli                   : Meminjam uang kepada rentenir kan tidak baik bu.
Ibu Uli             : Tidak nak. Ibu tidak meminjam uang kepada rentenir. Itu hanya orang asing yang menanyakan alamat. Kalian berdua mandi saja dulu. Setelah itu kita makan malam. Oh iya, ibu ada berita bahagia untuk kalian berdua.
Tina                 : Berita apa itu bu? Aku jadi penasaran.
Uli                   : Sudahlah dik, nanti juga kamu akan tahu. Ayo kita mandi dulu. Kamu juga pasti sudah lelah dari sawah (sambil merangkul Tina).
(telepon berdering tanda sms)
Uli                   : SMS dari ayah.
Ayah Uli         : Nak, apa kabar kalian disana?
Uli                   : Sehat yah. Ayah apa kabar?
Ayah Uli         : Ayah juga sehat. Nak, sampaikan pada ibu. Ayah sekarang sudah mendapat pekerjaan sebagai supir bus antar kota.
Uli                   : Benar yah? Jadi kapan ayah pulang?
Ayah Uli         : Mungkin bulan depan, nak. Karena bulan ini ayah belum menerima gaji, jadi ayah belum bisa pulang.
Uli                   : Yang penting ayah jaga kesehatan disana. Kami rindu sekali dengan ayah.
Ayah Uli         : Ayah juga sudah rindu sekali dengan kalian, nak. Ya sudah, ayah lanjutkan pekerjaan ayah dulu.
Uli                   : Iya, Ayah hati-hati ya.
Ayah Uli         : Iya nak. Kalian harus rajin belajar. Karena kesuksesan itu, kita sendiri yang menentukan dan awali setiap pekerjaan dengan doa. Lakukan yang terbaik untuk ibu dan ayah. Sampaikan salam dari ayah untuk Tina dan ibu.
Uli                   : Baiklah yah.
Prolog  :
Tina dan Uli bergegas untuk mandi dan ibu Uli pun mempersiapkan makan malam. Setelah semuanya selesai, mereka pun makan malam.
Uli                   : Bu, apa yang ingin ibu katakan tadi?
Tina                 : Iya bu, aku tidak sabar mendengarnya.
Ibu Uli             : Begini, kalian tidak usah khawatir lagi mengenai uang sekolah dan uang praktikum, karena ibu sudah mendapat uang untuk biaya yang kalian butuhkan. (sambil tersenyum)
Uli                   : Loh, ibu dapat uang dari mana? (terkejut)
Ibu Uli             : Sudah, kalian tidak perlu khawatir mengenai itu, yang pasti Tina sudah bisa bayar uang sekolah dan Uli sudah bisa bayar uang praktikum, ibu hanya mengharapkan kalian rajin belajar.
Uli                   : Ohya bu, tadi ayah sms. Kata ayah, dia sudah mendapat pekerjaan sebagai supir antar kota.
Ibu Uli             : Bagus kalau begitu.
Tina                 : Wahh, asik..! Jadi kapan ayah pulang kak?
Uli                   : Iya bu, tapi sepertinya ayah pulangnya bulan depan karena bulan ini ayah belum menerima gaji.
Ibu Uli             : Tidak apa, nak. Yang penting ayah sehat disana supaya bisa membiayai kalian.
Tina                 : Nanti kalo ayah pulang, aku ingin dibelikan apa ya?
Uli                   : Tina..
Tina                 : (tersenyum)
*keesokan harinya di kampus..
Ibu Siska         : Selamat pagi. Seperti yang sudah kita sepakati sebelumnya, hari ini adalah hari terakhir pembayaran uang praktikum. Dan di buku catatan ibu, tinggal Uli yang belum membayar. Bagaimana dengan kamu Uli? Apakah kamu sudah punya uang?
Bella                : Ya ampun ibu, uangnya itu nggak ada. Dia kan miskin.
Christin           : Iya bu. Gayanya aja norak.
Ibu Siska         : (dengan suara yang keras) Bella.. Christin.., kalian tidak boleh seperti itu. Justru sebagai teman kalian harus saling membantu.
Tika                 : Membantu? Yang ada mereka selalu menindas dan menghina Uli. Bahkan mereka tidak pernah menganggap Uli sebagai teman. Mereka cuma orang kaya yang sombong dan tidak mandiri.
Ibu Siska         : Sudah…sudah. Semuannya diam. Bella dan Christin nanti setelah kelas ini selesai, kalian temui saya di kantor. Karna ada hal yang harus kita bicarakan.
Bella                : Paling mau minta sumbangan buat kampus (sambil melihat Christin).
Ibu siska          : Bagaimana Uli, kamu sudah bawa uangnya?
Uli                   : Sudah bu, ini uangnya. (sambil menyodorkan beberapa lembar uang)
Ibu siska          : Baiklah. Berarti sudah semua yang bayar uang praktikum. Ingat, dua hari lagi kita akan melakukan praktik. Bawa perlengkapan kalian. Jangan ada satupun yang ketinggalan. Yang paling utama kalian bawa adalah P3K, pakaian, selimut dan tentunya alat tulis kalian. Saya permisi.
Prolog  :
Setelah kelas selesai, Bella dan Christin pergi ke kantor ibu Siska. Di ruangan tersebut, ibu Siska menegur mereka karena nilai mereka yang jelek. Tetapi, ibu Siska selalu memberi mereka kesempatan. Setelah mendapat teguran, Bella dan Christin keluar dari ruangan tersebut dan mereka melihat Tika dan Uli yang sedang duduk berdua.
Bella                : Heh, kampung. Ngapain kalian disini? Pasti kalian nguping pembicaraan kami kan?
Christin           : Iya benar. Kalian pasti nguping. Ngapain lagi coba.
Tika                 : (sambil bergerak untuk berdiri) Kalian jangan memfitnah orang sembarangan. Ini tempat umum, siapapun berhak disini termasuk kami. Emang ini kampus eyangmu apa.
Uli                   : Sudahlah Tika..
Bella                : (mendekati Tika) Tau diri dong! Kalian itu bisa kuliah disini karena bantuan dari papi aku. Kalo papiku nggak jadi donatur di kampus ini, mungkin aku nggak akan ketemu makhluk seperti kalian ini.
Christin           : Iya, bener banget. Dengerin tuh, bapaknya Bella yang biayain kalian disini.
Tika                 : Kita liat aja nanti, sampai kapan kalian bisa bergantung sama harta orang tua kalian itu. Dasar anak manja!
Uli                   : Tika jangan seperti itu. Ayo kita ke perpustakaan.
(meninggalkan Bella dan Christin)
Bella                : Makan tuh buku. Huh..
Christin           : Ngomong-ngomong makan, Christin laper nih Bella. Ke kantin yuk.
Bella                : Iya nih, Bella juga laper. Cabut yuk..
Christin           : Yuk.. (sambil berjalan)
Bella                : Ehh, salah. Bukan kesana. Sini!
Christin           : (menepuk pelan dahi) Aduh maaf Bella. Christin jadi nggak fokus.
Prolog  :
Setelah perkuliahan hari ini selesai, Uli dan teman-temannya meninggalkan ruangan
tersebut dan menjalani aktivitasnya masing-masing. Beberapa di antara mereka ada yang pergi ke restaurant, ada yang berbelanja ke Mall, ada juga yang berbincang-bincang di taman kampus. Berbeda dengan Uli. Setiap harinya, ia harus pulang ke rumah untuk membantu ibunya di sawah.
Ibu Uli             : Uli, kamu sudah makan? Ini sisa roti satu lagi, makanlah! Kamu sudah lelah berjalan kesini. (menyodorkan roti)
Tina                 : Kak Uli kaan Strong. Ya udah, rotinya buat aku aja kalo kakak nggak mau.
Uli                   : (membelai kepala Tina) Kalo kamu bukan Strong,  tapi rakus. Ini buat kamu.
                        (memberikan roti)
Ibu Uli             : (memegang pundak ke dua putrinya)
Rajin-rajinlah kalian belajar nak, hanya itu yang membuat ibu senang. Agar kalian nanti bisa menjadi orang yang hebat.
Uli                   : Iya ibu, pasti nanti Uli akan menjadi orang yang sukses dan hebat.
Tina                 : Tina juga bu, akan menjadi orang yang sangat hebat seperti yang ibu bilang.
Ibu Uli             : Iya, anak ibu dua-duanya hebat. (sambil memeluk ke dua putrinya)
*keesokan harinya..
(telepon berdering)
Uli                   : Halo ayah!
Rekan ayah     : Apakah ini keluarga pak Arifin?
Uli                   : Iya benar, saya anaknya. Dengan siapa saya berbicara?
Rekan ayah     : Saya rekan kerja pak Arifin ingin memberitahukan kelapa keluarga bahwa pak Arifin tadi malam mengalami kecelakaan.
Uli                   : (terdiam sejenak) Jadi gimana keadaan ayah saya?
Rekan ayah     : Maafkan kami nak, Tuhan berkehendak lain. Kami terlambat membawanya ke rumah sakit sehingga nyawanya tak dapat tertolong. Besok pagi jasad pak Arifin akan kami bawa kesana.
Tina                 : (memandang Uli yang sedang menangis) Kak, ada apa? Kenapa kakak menangis? Siapa yang menelepon kak? Kak. Kenapa kakak diam saja?
Uli                   : (pergi meninggalkan Tina)
Tina                 : Kakak.. (sambil berlari mengejar Uli)
*sesaat kemudian di sawah..
Ibu Uli             : (mendekati Uli) Ada apa, nak? Apa yang terjadi?
Uli                   : (sambil mengusap air mata) Bu, aku tadi mendapat telepon dari teman kerja ayah. Katanya ayah kecelakaan, bu.
Ibu Uli             : (terkejut dan menangis) Jadi bagaimana keadaan ayah sekarang?
Tina                 : (tergesa-gesa menghela nafas)
Uli                   : Ayah terlambat dibawa ke rumah sakit, bu. Jadi nyawa ayah tak dapat tertolong. (menangis tersedu-sedu)
Tina                 : Hah! Ayah.. (menangis)
Prolog  :
Uli beserta keluarga nya pun menangis histeris, seakan tak percaya bahwa ayah mereka telah
tiada, semua seperti mimpi dan membuat hati mereka luluh lantak dan tak berdaya. Begitu pun dengan ibu Uli yang tak mampu untuk berkata-kata, air mata pun tak tertahankan lagi, dihadapan anak-anaknya. Tetapi beruntungnya Uli memiliki sahabat seperti Tika..
Uli                   : Ini tidak mungkin terjadi. Kenapa secepat ini ayah pergi meninggalkan kami. Kami masih membutuhkan ayah. (sambil menangis)
Tika                 : Sudah Uli, (sambil memegang bahu Uli) ayahmu sudah tenang bersamaNya disana. Sekarang tugasmu hanya memikirkan masa depanmu dan masa depan adikmu.
Uli                   : Mungkin kamu berkata seperti itu karena kamu tidak merasakan apa yang aku rasakan saat ini, Tika. Kalau kamu rindu pada ayahmu, kamu bisa menemuinya. Sedangkan aku? Aku tidak tau mau mencarinya kemana, bahkan aku tak tau dimana dia sekarang.
Tika                 : Iya Uli, aku tau apa yang kamu rasakan. Tapi tidak sepantasnya kamu seperti ini, terlalu larut dalam kesedihan. Aku yakin, Tuhan sudah menyiapkan tempat yang indah disana untuk ayahmu.
Uli                   : (sambil menangis) Kamu tau apa Tika, kamu tau apa? Kamu memang sahabatku tapi kamu tidak mengerti perasaanku saat ini. Kamu berkata seperti itu karena kamu tidak tau bagaimana rasanya menjadi aku. Kamu tidak tau bagaimana rasanya kehilangan orang yang selama ini menjadi penyemangat hidupmu. Kamu tidak tau dan tidak akan pernah tau!
Tika                 : Iya Uli, aku mengerti..
Uli                   : (sambil berteriak) Sampai kapanpun kamu tidak akan mengerti!
Tika                 : (sambil menangis) Baiklah Uli, aku minta maaf karena tidak mengerti kamu.
(pergi meninggalkan Uli)
*beberapa saat kemudian para pelayat meninggalkan rumah duka sambil bersalaman…
Ibu Siska         : Yang sabar ya Uli, ibu yakin kamu bisa melewati ini semua.
Uli                   : Iya bu, terima kasih bu. (sambil memeluk)
Bella                : Turut berduka.
Uli                   : Terima kasih..
Christin           : Turut berduka ya..
Uli                   : Terima kasih..
Prolog  :
Seminggu telah berlalu, kesedihan masih tampak di wajah keluarga Uli. Masih tak
menyangka bahwa tidak ada lagi sosok seorang ayah di keluarga mereka. Sulit diterima. Berusaha untuk ikhlas, menerima kenyataan. Kebahagiaan yang akhirnya terkikis oleh tangisan dan air mata. Inilah awal dari perjuangan Uli.
Tina                 : (sambil memegang bahu Uli) Kakak jangan bersedih terus. Ibu butuh kita sekarang. Kalau kita seperti ini terus, itu akan membebani ibu, kak.
Uli                   : (sambil menangis) Rasanya, kakak belum siap dengan situasi ini, dik.
Tina                 : Sudah lah kak, kita semua juga merasa kehilangan. (sambil menghapus air mata Uli)
Uli                   : (sambil tersenyum) Iya dik, kakak akan berusaha untuk kamu dan ibu.
*beberapa saat kemudian..
Ibu Uli             : Sudahlah nak, sekarang harus istirahat karena besok Tina harus sekolah dan Uli juga harus kuliah.
Uli                   : Bu, apa aku bisa menyelesaikan kuliahku?
Ibu Uli             : (sambil memeluk Uli) Ibu yakin kamu pasti bisa menyelesaikan kuliahmu nak. Ibu akan berusaha untuk kalian berdua. Ya sudah, tidurlah nak. Supaya besok tidak terlambat.
Uli                   : Iya bu.
*keesokan harinya..
Uli                   : Aku pergi ya bu..(sambil bersalaman)
Tina                 : Aku juga pergi ya bu.
Ibu Uli             : Iya, kalian hati-hati ya nak. Rajin-rajin lah belajar.
Uli dan Tina    : Baik bu.
*beberapa jam kemudian sepulang Tina dari sekolah..
Tina                 : Bu.. ibu… ibu dimana ya? Bu.. ibu.. oh mungkin ibu masih di sawah.(sambil melepas sepatu) Pasti ibu lelah setelah seharian bekerja di sawah. (berjalan ke dapur) Sepertinya kalau aku masak sesuatu untuk ibu, ibu pasti akan senang. Setelah itu, aku akan mengantarkan makanan untuk ibu. (sambil tersenyum)
Prolog  :
Maksud ingin berbuat baik malah menjadi malapetaka. Hal yang tak terduga terjadi begitu
saja. belum lama ayahnya meninggal, sekarang mereka harus menghadapi cobaan yang semakin membuat mereka terpuruk dalam kesulitan.
Tina                 : Lebih baik aku menanak nasi dulu, setelah itu aku akan memasak lauk untuk ibu. (sambil mengambil panci yang berisi beras dan meletakkan di atas kompor.Lama sekali. Lebih baik aku membaca novel yang baru ku pinjam dari perpustakaan tadi. ( tak lama kemudian Tina tertidur)
*beberapa jam kemudian..
Tina                 : (terbangun) Uh, bau apa ini? Kenapa banyak sekali asap di rumah? (sambil mengendus-endus) Astaga, tadi aku menanak nasi! (sambil berlari) Kebakaran, kebakaran… Tolong.. tolong…! Uhuk.. uhuk.. tolong.. tolong…
*sesampainya ibu di rumah..
Ibu Uli             : (panik) Kenapa ini? Kenapa rumahku terbakar? Dimana anak-anakku?
Ibu Uti            : Sepertinya tadi Tina lupa mematikan kompor, sehingga rumah kalian terbakar.
Ibu Uli             : Jadi dimana sekarang Tina? Dia tidak apa-apa kan?
Ibu Uti            : Dia tadi pingsan karena kekurangan oksigen, jadi dibawa ke puskesmas.
Ibu Uli             : (sambil menangis) Tuhan, cobaan apalagi ini?
Ibu Uti            : Sudahlah bu, tetangga yang lain sudah memadamkan apinya dan dan keadaan Tina pun baik-baik saja, yang sabar ya bu. Pasti ibu bisa melewati semuanya.
Ibu Uli             : Iya bu, terima kasih. Aku ingin melihat keadaan Tina dulu.
Ibu Uti            : Baiklah, biar ku antarkan.
*sesampainya di puskesmas..
Ibu Uli             : (sambil menangis) Bagaimana keadaanmu, nak?
Tina                 : Aku baik-baik saja, bu. Ibu sudah makan?
Ibu Uli             : Sudah nak, sudah..
Tina                 : Maafkan aku bu, karena aku menyebabkan rumah kita terbakar.(sambil menangis) Tadi aku hanya ingin menyiapkan makanan untuk ibu. Tapi aku malah tertidur dan lupa mematikan kompornya. Maafkan aku ibu..
Ibu Uli             : Sudah nak, itu hanya kecelakaan. Yang penting kamu tidak apa-apa.
Ibu Uti            : Sebaiknya kita ke rumahku saja dulu karena nanti kalau Uli sudah pulang, dia pasti mencari kalian. Kamu sudah baik-baik saja kan, Tina?
Uli                   : (sambil berlari) Ibu, kenapa rumah kita terbakar bu? Apa yang terjadi?
Ibu Uti            : Sudah, nanti ibu ceritakan. Sekarang kita ke rumah ibu saja, kita beristirahat disana.
Uli                   : (menganggukkan kepala)
  
Prolog  :
Sudah beberapa hari Uli tidak masuk kuliah karena ia tidak tega melihat ibunya bekerja
sendirian, sehingga ia harus mengorbankan kuliahnya agar dapat membantu ibunya di sawah. Tetapi itulah yang terjadi, seperti pepatah mengatakan “Sudah jatuh, tertimpa tangga) seperti itulah yang dirasakan keluarga Uli saat ini.
Ibu Uli             : Sudah nak, kamu pulang saja duluan. Nanti ibu akan menyusul.
Uli                   : Baik bu, tapi ibu tidak apa-apa kalau aku tinggalkan sendirian?
Ibu Uli             : Iya nak, ibu tidak apa-apa.
Uli                   : Iya bu, aku pulang ya.
Ibu Uli             : Kamu hati-hati ya nak.
Uli                   : Iya bu.
*sesampainya di rumah…
Madam Eno    : Hei.. Dimana ibumu? Aku mau nagih hutang-hutangnya.
Uli                   : (terkejut dan heran)Ibu sedang di sawah, mungkin sebentar lagi akan sampai.
Madam Eno    : Okelah, ku tunggu disini saja.
Uli                   : Kalau begitu saya permisi dulu.
Madam Eno    : Ya udah, sana.. sana..
*beberapa menit kemudian…
Ibu Uli             : (masuk ke dalam rumah) Madam Eno, ada apa datang kesini?
Madam Eno    : Ada apa kau bilang? Aku kesini mau nagih hutang-hutangmu.
Ibu Uli             : Maaf madam, saat ini saya belum punya uang.
Madam Eno    : Belum punya uang?  Berapa hari yang lalu juga kau bilang belum punya uang. Kapan kau punya uang?
Ibu Uli             : Sepertinya bulan depan madam, karena gaji saya bulan ini dipakai untuk renovasi rumah.
Madam Eno    : Renovasi rumah bisa, masa bayar hutang aja nggak bisa? Aku nggak perduli, pokoknya bayar sekarang.
Ibu Uli             : Saya minta kelonggaran waktu madam. Tolonglah.. (dengan wajah memelas)
Madam Eno    : Okelah, aku kasih kelonggaran.
Ibu Uli             : Baik madam, terima kasih banyak.
Madam Eno    : Ya sudah, aku pergi dulu. Mau nagih hutang si Yuyun lagi. (meninggalkan rumah ibu Uli)
Uli                   : Ibu.. aku sudah selesai memasak. Ohya, tadi ada yang mencari ibu.
Ibu Uli             : Iya nak, tadi ibu sudah bertemu dengannya.
Uli                   : Bu, sebaiknya aku berhenti kuliah saja supaya tidak menyusahkan ibu.
Ibu Uli             : Ingat pesan ayah kamu. Kalian harus rajin belajar dan sekolah setinggi-tingginya agar tidak menjadi seperti ayah dan ibu. Kamu sudah lihat bagaimana sulitnya menjadi seperti ibu. Jadi kamu harus berusaha mengubah hidup kita, nak.
Uli                   : (terdiam) Baiklah bu.
Ibu Uli             : Besok kamu harus masuk kuliah, ibu tidak mau melihat anak-anak ibu manjadi pemalas begini. Biarlah ibu saja yang bekerja.
Uli                   : Iya bu.
*keesokan harinya di kampus..
Bella                : Wahh, udah masuk kuliah nih si rakyat jelata.
Christin           : Iya nih, kirain udah jadi kuli. (sambil tertawa)
Bella                : Sombong banget dia.
Uli                   : (berjalan kea rah bangkunya) Tika, kamu apa kabar?
Tika                 : Baik.
Uli                   : Aku rindu sekali denganmu, Tik.
Tika                 : (terdiam)
Uli                   : Tika, kenapa kamu diam saja? Jawab aku.
Tika                 : aku merasa gagal menjadi sahabatmu, karena seperti yang kamu katakan kalau aku tidak mengerti kamu.
Uli                   : Kamu pasti seperti ini karena kejadian waktu itu. Aku minta maaf, Tik. Aku tidak bermaksud untuk bicara seperti itu.
Ibu Siska         : (berjalan masuk ke kelas)  Selamat pagi…
Mahasiswa      : Pagi bu…
Ibu Siska         : Uli, kenapa beberapa hari ini kamu tidak masuk?
Uli                   : Saya membantu ibu di sawah, bu.
Bella                : Cocok banget kamu mainnya di sawah. (sambil tertawa)
Christin           : Bener banget tuh, emang cocok.
Ibu Siska         : Sudah.. sudah jangan rebut. Kita mulai pelajaram, kalian buka buku kita halaman 56. Jawab semua pertanyaan yang ada, kalau ada yang tidak dipahami silahkan tanyakan pada saya.
Mahasiswa      : Iya bu…
*dua jam kemudian…
Ibu Siska         : Baiklah, sampai disini pelajaran. Kita lanjutkan minggu depan.
Bella                : Chris, nanti temenin aku ke Mall ya. Bete banget nih.
Christin           : Bete kenapa Bella?
Bella                : Mami papi aku belum balik dari Australi, sepi banget rumah.
Christin           : Oke deh Bella..
Prolog  :
Beberapa bulan telah berlalu, akhirnya Uli dan teman-temannya akan menyelesaikan studinya
di bangku kuliah. Uli sebagai salah satu mahasiswa yang tergolong pintar di kelasnya, mengalami kesulitan dalam studi di semester akhir ini. Tapi ia tidak pernah menyerah.
Uli                   : Bu, tidak terasa aku akan menyelesaikan kuliahku. Tapi aku butuh biaya untuk keperluan wisuda nanti. Apa ibu masih punya uang simpanan?
Ibu Uli             : Sebenarnya uang simpanan ibu hanya cukup untuk makan kita sehari-hari. Tapi ibu akan usahakan untuk kamu, nak.
Uli                   : Bagaimana caranya bu?
Ibu Uli             : Sepertinya kita harus menjual sepeda motor peninggalan ayahmu nak. Karena Cuma itu harta satu-satunya yang bisa kita jual.
Uli                   : Apa ibu yakin ingin menjualnya?
Ibu Uli             : Iya nak, lagian itu motor tua dan jarang sekali kita gunakan. Nanti kalau ibu sudah gajian, akan ibu belikan motor yang lebih bagus lagi.
Uli                   : Baiklah bu..
*dua hari kemudian..
Ibu Uli             : Nak, ini uang yang kamu perlukan. Pergunakan lah dengan baik.
Uli                   : Terima kasih bu. Doakan aku ya bu.(sambil memeluk)
Ibu Uli             : Iya nak, pasti ibu mendoakan mu.
Uli                   : Kalau begitu aku berangkat ya bu. (sambil bersalaman)
Ibu Uli             : Iya nak, hati-hati.
*sesampainya di kampus..
Christin           : Ups! Bella.. Bella.. liat tuh temennya si rakyat jelata. Ih, kampungan banget.
Bella                : Iya, bener tuh, Chris. Kita samperin yuk!
Christin           : Yuk…
Bella                : Heh, kamu temennya rakyat jelata. Mana temen kamu yang kampungan itu? Tumben ga barengan?
Tika                 : Kenapa sih kalian itu taunya ganggu orang aja. Nggak punya kerjaan lain apa?
Christin           : Biasa aja dong. Kita kan Cuma nanya temen kamu yang kampungan itu.
Bella                : Tau nih, sensi banget. Lagi dapet ya? (sambil tertawa)
Tika                 : Minggir! (meninggalkan Bella dan Christin)
Bella                : Miskin aja udah sok.
Christin           : Iya tuh, cabut yuk..
*beberapa lama kemudian…
Uli                   : Itu Tika! Kasihan dia sendirian terus sejak kejadian waktu itu. Aku deketin aja dia, trus minta maaf. (sambil berjalan)
                        Tika apa kabar? Sudah lama kita tidak bicara, aku rindu seklai. Mengenai kemarin, aku minta maaf ya. Aku sadar kalau aku salah.
Tika                 : (diam sejenak) Iya Uli, udah aku maafin kok.
Uli                   : Jadi kamu masih marah sama aku? Aku benar-benar menyesal, Tik. (sambil memeluk Tika)
Tika                 : Iya Uli, aku mengerti dengan keadaanmu saat itu. Bagaimana pun kamu, kamu tetap sahabatku.
Uli                   : Makasih ya Tika, kamu memang sahabat terbaik. Ohya, lusa kita wisuda, kamu sudah mempersiapkan semuanya?
Tika                 : Udah dong, sudah ku persiapkan semuanya.
(telepon berdering)
Tika                 : Sebentar ya Uli.
Halo ayah! Aku rindu sekali dengan ayah, lusa aku wisuda yah. Ayah dan ibu jangan terlambat ya.
Uli                   : Bahagia sekali Tika. Bisa berbicara dengan ayahnya. Kalau saja ayah masih ada, pasti aku sebahagia Tika.(meneteskan air mata)
Tika                 : Aduh, maaf ya tadi ayahku menelepon. Kamu nggak apa-apa kan?
Uli                   : (mengusap air mata) Aku nggak apa-apa Tika. Tiba-tiba saja aku rindu ayah.
Tika                 : (sambil memeluk) Dia sudah tenang disana.
Prolog  :
Hari yang dinantikan telah tiba, Uli dan teman-temannya telah menyelesaikan studinya.
Tampak kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, tetapi tidak dengan Uli. Gadis itu terlihat murung walaupun ia menjadi mahasiswa terbaik di kampusnya. Dan keberuntungan selalu berpihak kepada Uli, ia langsung mendapat tawaran untuk bekerja.
Ibu Siska         : Uli, kesini sebentar. Ada yang ingin ibu bicarakan.
Uli                   : Sebentar ya, Tik. Aku menemui ibu Siska dulu.
Tika                 : Iya, aku juga mau ke toilet dulu.
Uli                   : Ada apa ya, bu?
Ibu Siska         : Silahkan duduk. Begini, ibu akan melanjutkan kuliah ke luar negeri. Jadi ibu tidak bisa menjadi dosen lagi disini. Ibu ingin kamu menggantikan ibu di kampus ini.
Uli                   : (heran) Menggantikan bagaimana bu?
Ibu Siska         : Menggantikan ibu sebagai dosen di kampus ini.
Uli                   : Kenapa ibu memilih saya?
Ibu Siska         : Karena ibu percaya sama kamu dan ibu yakin kamu pasti bisa.
Uli                   : (terdiam sejenak) Saya tidak sedang bermimppi kan, bu?
Ibu Siska         : (sambil tersenyum) Tidak Uli, ini nyata. Ibu yakin, kamu pasti bisa.
Uli                   : (menangis bahagia) Terima kasih bu. Terima kasih banyak. Ibu sudah banyak membantu saya.
Ibu Siska         : Iya, tetap semangat ya. Nanti ibu akan urus semua berkas-berkasnya. Setelah itu, ibu kabarin kamu.
Uli                   : Iya bu, terima kasih banyak.
*sesampainya di rumah..
Tina                 : (sedang membaca buku)
Uli                   : Ibu.. ada berita gembira.
Ibu Uli             : Sebentar lagi aku akan menjadi dosen, bu. Menggantikan ibu Siska yang akan melanjutkan kuliahnya ke luar negeri.
Ibu Uli             : (sambil memeluk) Selamat ya nak.
Uli                   : Iya bu.
Tina                 : Kakak sudah mendapat pekerjaan?
Ibu Uli             : Iya nak, sebentar lagi kakakmu akan bekerja sebagai dosen.
Tina                 : Asik.. nanti kakak bisa beliin aku baju baru dong.
Uli                   : Iya dik, nanti kalau kakak sudah menerima gaji, kakak akan belikan baju yang bagus sekali untuk kamu.
Ibu Uli             : (tersenyum memeluk Tina dan Uli)
*satu bulan kemudian..
Madam Eno    : Heh, gimana ini hutangmu sudah lama tak dibayar. Banyak kali alasanmu setiap aku nagih hutang. Kapan dibayar?
Ibu Uli             : Maaf madam, saat ini saya belum punya uang.
Madam Eno    : Alasan terus, alasan! Kapannya jadi kau bayar? Ah, ginilah. Kalau nggak kau bayar sekarang, biar lah samaku rumah kau ini.
Ibu Uli             : (sambil memohon) Jangan madam. Aku mohon diberikan waktu lagi.
Madam Eno    : Terusnya gitu alasanmu. Waktu itu kau bilangnya beri waktu, sekarang beri waktu lagi. Kalau nggak gini lah, keluar lah sekarang kalian dari rumah ini, biarlah rumah ini ganti hutangmu.
Ibu Uli             : Jangan madam…
  
*dari kejauhan Uli datang…
Uli                   : Ada apa ini, bu? Kenapa ibu menangis?
Madam Eno    : Ibumu ini sudah lama nggak bayar hutangnya. Nggak ngerti lagi aku. Kalau nggak bisa lagi kalian bayar sekarang, rumahmu ini yang ku sita.
Uli                   : Jangan bu. Saya yang akan membayar. Memangnya berapa banyak hutang kami?
Madam Eno    : Ibu.. ibu.., yang kau pikirnya aku ibumu? Sudah ku bilang, panggil aku madam. Ini kau lihat aja buku hutang kalian.
Uli                   : (sambil menyodorkan amplop) Ini saya bayar hutang kami kepada madam beserta bunganya.
Madam Eno    : Nah, gini lah. Kan enak langsung lunas. Lain kali kalau mau hutang, datang saja kepadaku. Ya sudahlah, aku pulang dulu.
Uli                   : Terima kasih, madam.
Ibu Uli             : Sudah nak. Mari kita masuk.
Prolog  :
Seiring berjalannya waktu, kehidupan keluarga Uli mulai berubah. Ibu yang dulu mencangkul
di sawah, sekarang sudah memiliki usaha. Uli yang dulu berpenampilan sederhana, sekarang berubah menjadi lebih menarik. Suatu hari, tanpa sengaja Uli bertemu dengan teman-teman kuliahnya dulu.
Tika                 : Uli..
Uli                   : Eh.. Tika!
Tika                 : (sambil berpelukan) Sudah lama kita tidak bertemu, kamu mau kemana?
Uli                   : Iya, Tik. Aku mau pergi bekerja. Kalau kamu mau kemana?
Tika                 : Aku juga mau pergi bekerja. Kamu kerja dimana, Uli?
Uli                   : Aku bekerja di kampus kita dulu sebagai dosen. Bu Siska yang meminta ku untuk bekerja disitu menggantikannya karena beliau ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri.
Tika                 : Wah.. kamu hebat!
Uli                   :  Kamu bekerja dimana Tika?
Tika                 : Aku bekerja di Bank ITU sebagai supervisor. Waktu itu aku membuat surat lamaran ke Bank ITU, karena menurut mereka kinerja ku sangat bagus, jadi direktur langsung menaikkan jabatanku.
Uli                   : Wah.. kamu hebat Tika!
Tika                 : (tresenyum)
*beberapa saat kemudian Bella dan Christin muncul..
Tika                 : Eh.. Christin kamu mau kemana?
Christin           : (terkejut dan tersenyum) Eh.. Tika, Uli.. Aku mau pulang.
Tika                 : Mana Bella? Biasanya kalian selalu barengan.
Bella                : Duh..Chris, kamu cepat banget jalannya.
Christin           : Itu dia.
Uli                   : Bella, kamu apa kabar?
Bella                : (menatap malu) Baik, kalau kalian?
Uli                   : Kami juga baik.
Christin           : Kalian bekerja dimana?
Tika                 : Uli sekarang menjadi dosen di kampus kita dulu. Kalau aku bekerja di Bank ITU.
Bella                : (terkejut) Ohya, soal yang dulu itu aku minta maaf ya?
Uli                   : Kami sudah memaafkan kalian berdua kok.
Christin           : Iya, maafin kita karena selama ini udah ngatain kalian berdua.
Tika                 : Kita berdua udah maafin kalian kok.
Bella                : Makasih Uli, Tika. (sambil memeluk Uli)
Christin           : Makasih ya. (sambil memeluk Tika)
Epilog  :
Sudah lama ayah meninggalkan ku dan meninggalkan kami semua. Aku sangat
merindukannya. Semenjak kepergiannya, hidup kami berubah. Satu persatu cobaan datang menghampiri keluarga ini. Tetapi aku beruntung dihadirkan di tengah-tengah keluarga ini. Sekarang aku adalah tulang punggung keluarga, itu semua berkat motivasi darinya. Aku yakin dia pasti sedang tersenyum memandang ku dari sana, dari tempat yang jauh, walaupun aku tak dapat melihat senyumannya. Tuhan.. sampaikan rinduku untuk ayah di Surga.
---TAMAT---

2 komentar:

  1. Play for real at one of the largest slot sites in India
    Play online casino games for real at หาเงินออนไลน์ one of the 메리트카지노 largest slot sites in India. Play online casino games for real at one of the 카지노사이트 largest slot sites in India.

    BalasHapus
  2. ▷ Casino Site Review 2021 + 100 FS | Lucky Club
    Find the luckyclub.live best Casino Site review for you 2021. the best bonus offers to claim free spins, free spins, no deposit bonuses for players who want to play

    BalasHapus