Pemain drama “Tersenyumlah, Ayah..”
1.
Winda Sari Adelyna
Simanjuntak Sebagai Uli
2.
Mei Dortua
Rumahorbo Sebagai Ibu Uli
3.
Anna Maria
Panjaitan Sebagai Tina
4.
Romasta Vassionita Silaen Sebagai Tika
5.
Noorlince Grace
Purba Sebagai Bella
6.
Surtiati Handayani
Sinaga Sebagai Christin
7.
Meri Hamdayani
Lumban Gaol Sebagai Madam Eno
8.
Elsanita Hutasoit Sebagai Ibu Siska
9.
Mercita Helen
Manurung Sebagai Ibu Uti
Peran Tambahan
1.
Ayah Uli
Prolog :
Masa muda merupakan masa yang paling
bahagia, dimana biasanya para remaja menghabiskan waktu untuk bersenang-senang
bersama teman sebaya. Tetapi tidak dengan Uli. Gadis remaja ini menikmati masa
mudanya dengan bekerja membantu orang tua mencari uang untuk bisa memenuhi
kebutuhan mereka, terutama untuk biaya kuliahnya.
Uli :
(sambil memijat ibu)
Bu…
minggu depan kampus akan mengadakan praktikum dan kami diwajibkan mengikutinya.
Gimana ini bu?
Ibu Uli :
(termenung) Memangnya berapa biaya yang dibutuhkan, nak?
Uli :
Lima ratus ribu bu, gimana ya bu?
Tina : Bu, kepala sekolah sudah
mendesak uang sekolahku yang sudah jatuh tempo. Lagi pula sudah tiga bulan aku
menunggak uang sekolah bu. Kalau aku tidak membayarnya dalam minggu ini, aku
akan diberhentikan sekolah.
Ibu
Uli : (sambil menghela napas)
Uli, coba kamu hubungi ayah dulu, siapa tau ayah punya uang.
Uli :
Baiklah bu, besok pagi saja aku menelepon ayah, siapa tau ayah sudah tidur.
*keesokan harinya..
Uli :
Halo ayah! Ayah lagi dimana?
Ayah :
Masih di rumah, nak. Ada apa?
Uli :
Ayah sehat? Sudah sarapan belum? Gimana pekerjaannya ayah?
Ayah
Uli : Kurang sehat nak, ayah belum
sarapan, ya begini lah ayah belum mendapat pekerjaan dan masih mencari.
Uli : Ayah sakit apa? Ayah harus menjaga
kesehatan, makannya juga harus teratur dan jangan menyerah ya yah mencari
pekerjaannya, ya sudah yah cepat sembuh ya. Aku sayang ayah..
Ayah Uli :
Iya nak, jaga kesehatan juga disana dan jaga ibu dan adikmu.
Uli :
Baiklah yah. (sambil menutup telepon)
(Lemas
dan sedih) Bagaimana caranya kami mendapatkan uang lima ratus ribu? Tidak
mungkin aku mengatakan hal ini kepada ayah. Ayah saja sedang sakit dan belum
mendapat pekerjaan.
Ibu Uli :
(tiba-tiba datang dan mengejutkan Uli)
Ada
apa nak? Kenapa kamu menghayal begitu? Apa kamu sudah menelepon ayahmu?
Uli :
Sudah bu..
Ibu Uli :
Lalu, apa yang dikatakan ayahmu?
Uli : Aku tidak jadi meminta uang
kepada ayah, bu. Ayah sedang sakit dan tidak mempunyai pekerjaan.
Ibu
Uli : (membelai kepala Uli)
Uli : Ya sudah lah bu, aku tidak
usah ikut praktikum, nanti aku sampaikan alasanku kepada dosen.
Ibu
Uli : Sudah nak, kamu ke kampus
saja. Kamu tidak perlu ikut memikirkan hal itu. Kamu harus tetap ikut
praktikum.
Uli :
Baik bu, aku berangkat ke kampus ya. (sambil menyalam tangan Ibu)
*beberapa saat kemudian di kampus..
Bella :
OMG... rusak deh baju aku.. (memandang Uli)
Ih,
kamu lagi, kamu lagi. Perasaan sial terus hidupku kalau ketemu kamu. Bisa nggak
sih kamu nggak nongol dihadapanku sekali aja! Lagian kalau baju aku rusak kamu
sanggup ganti? Kamu kan miskin, gayamu saja dekil.
Christin : Iya nih, anak gembel. Gak tau diri
banget kamu, sudah miskin, kuliahpun dibiayain kampus.
Uli :
Maaf ya, aku nggak sengaja.
Tika : (Dari kejauhan Tika melihat
Bella dan Christin memarahi Uli dan dia pun berlari menghapirinya) Ada apa ini?
Kenapa kalian memarahi Uli?(membantu Uli berdiri dan mengemasi buku)
Christin :
Datang lagi nih pahlawan kesiangan,
Bella :
Bilangin tuh sama sahabat kamu biar jangan ganggu kehidupan aku lagi.
Uli :
Tadi aku nggak sengaja nabrak Bella.
Tika : Uli kan nggak sengaja, lagian
dia sudah minta maaf tadi. Nggak usah berlebihan gitu. (mengajak Uli pergi)
Prolog :
Di rumah, ibu Uli memikirkan bagaimana
cara mendapatkan uang untuk praktikum Uli dan uang sekolah Tina. Ia pun menemui
Uti untuk bertukar pikiran.
Ibu
Uli : Ibu Uti bagaimana ini
ya? Anakku Uli akan mengikuti praktikum, tetapi aku tidak memiliki uang untuk
biayanya, padahal itu diwajibkan untuk mahasiswa semester lima. Tina juga akan
diskors dari sekolah jika uang sekolahnya tidak segera dibayar.
Ibu
Uti : Memangnya biaya yang kamu
butuhkan berapa banyak bu Uli? Aku mengenal seorang rentenir, mungkin dia bisa
membantumu.
Ibu
Uli : Ya sudah tidak apa-apa,
karena tidak ada lagi jalan lain. Kalau bisa ibu bawa saja dia kerumahku nanti.
Ibu Uti :
Baiklah bu Uli.
Prolog :
Ibu Uli menyetujui saran yang diberikan
Ibu Uti untuk meminjam uang kepada rentenir tanpa dia ketahui bahwa rentenir
itu merupakan rentenir yang kejam dan mengambil banyak sekali keuntungan. Tidak
berapa lama kemudian Ibu Uti pun datang dengan membawa Madam Eno, sebutan untuk
rentenir itu.
Madam
Eno : Hai ibu, aku dengar dari ibu Uti
kalau ibu sedang membutuhkan bantuan uang. Apakah itu benar?
Ibu Uli :
Iya bu. Saya sedang butuh uang untuk biaya sekolah anakku.
Madam
Eno : Baiklah. Pertama, panggil aku
Madam Eno jangan panggil ibu, kesannya aku kelihatan tua. Kedua, kalau kamu mau
meminjam uang sama aku bunganya 25%. Ketiga, aku nggak suka kalau menunggak
terlalu lama. Gimana?
Ibu
Uli : (terkejut) Bisa saya
minta nomor handphone madam? Biar saya ceritakan dulu kepada suami saya.
Madam Eno : Minta saja nanti kepada si Uti.
Prolog :
Sepulangnya Madam Eno dari rumah, ibu
Uli langsung menelepon suaminya dan menceritakan bahwa dia akan meminjam uang
kepada rentenir. Suaminya pun terkejut dan sedikit marah tetapi dia tidak bisa
berbuat apa-apa karena ia juga belum menerima gaji. Tetapi, karena bujukan ibu
Uli akhirnya ayah Uli menyetujui saran dari isterinya. Ibu Uli pun langsung
pergi kerumah Ibu Uti untuk meminta menghubungi Madam Eno.
Ibu Uti :
(mengambil kontak Madam Eno)
Halo
madam, ibu Uli setuju meminjam uang dengan syarat yang madam berikan. Dan dia
ingin meminjam uang satu juta rupiah.
Madam Eno : Baiklah, nanti sore ku antarkan uang itu kerumahnya.
*beberapa saat kemudian di rumah ibu
Uli..
Madam Eno : (mengetuk pintu) Permisi… ada orang di rumah? Madam Eno datang
nih.
Ibu Uli :
(bergegas membuka pintu) Ya sebentar..
Eh,
madam Eno ternyata. Silahkan masuk.
Madam
Eno : Terimakasih, aku nggak lama kok
disini, karena aku masih punya banyak urusan. Saya datang untuk mengantar uangmu
saja. Ini uangnya (menyodorkan amplop).
Ibu Uli :
Terimakasih madam.
Madam Eno : Bulan depan harus dibayar cicilan pertamanya. Tidak ada kata
telat.
Ibu Uli :
Baiklah madam.
*beberapa saat kemudian Uli dan Tina
sampai di rumah…
Uli :
Itu tadi siapa bu? Gayanya seperti rentenir.
Tina :
Iya, kakak benar. Apa ibu meminjam uang kepada ibu rentenir itu?
Uli :
Meminjam uang kepada rentenir kan tidak baik bu.
Ibu
Uli : Tidak nak. Ibu tidak
meminjam uang kepada rentenir. Itu hanya orang asing yang menanyakan alamat. Kalian
berdua mandi saja dulu. Setelah itu kita makan malam. Oh iya, ibu ada berita
bahagia untuk kalian berdua.
Tina :
Berita apa itu bu? Aku jadi penasaran.
Uli
: Sudahlah dik, nanti
juga kamu akan tahu. Ayo kita mandi dulu. Kamu juga pasti sudah lelah dari
sawah (sambil merangkul Tina).
(telepon
berdering tanda sms)
Uli : SMS dari ayah.
Ayah
Uli : Nak, apa kabar kalian
disana?
Uli : Sehat yah. Ayah apa kabar?
Ayah
Uli : Ayah juga sehat. Nak,
sampaikan pada ibu. Ayah sekarang sudah mendapat pekerjaan sebagai supir bus
antar kota.
Uli : Benar yah? Jadi kapan ayah
pulang?
Ayah
Uli : Mungkin bulan depan, nak.
Karena bulan ini ayah belum menerima gaji, jadi ayah belum bisa pulang.
Uli : Yang penting ayah jaga
kesehatan disana. Kami rindu sekali dengan ayah.
Ayah
Uli : Ayah juga sudah rindu sekali
dengan kalian, nak. Ya sudah, ayah lanjutkan pekerjaan ayah dulu.
Uli : Iya, Ayah hati-hati ya.
Ayah
Uli : Iya nak. Kalian harus rajin
belajar. Karena kesuksesan itu, kita sendiri yang menentukan dan awali setiap
pekerjaan dengan doa. Lakukan yang terbaik untuk ibu dan ayah. Sampaikan salam
dari ayah untuk Tina dan ibu.
Uli : Baiklah yah.
Prolog :
Tina dan Uli bergegas untuk mandi dan
ibu Uli pun mempersiapkan makan malam. Setelah semuanya selesai, mereka pun
makan malam.
Uli :
Bu, apa yang ingin ibu katakan tadi?
Tina :
Iya bu, aku tidak sabar mendengarnya.
Ibu
Uli : Begini, kalian tidak
usah khawatir lagi mengenai uang sekolah dan uang praktikum, karena ibu sudah
mendapat uang untuk biaya yang kalian butuhkan. (sambil tersenyum)
Uli :
Loh, ibu dapat uang dari mana? (terkejut)
Ibu
Uli : Sudah, kalian tidak perlu
khawatir mengenai itu, yang pasti Tina sudah bisa bayar uang sekolah dan Uli
sudah bisa bayar uang praktikum, ibu hanya mengharapkan kalian rajin belajar.
Uli : Ohya bu, tadi ayah sms.
Kata ayah, dia sudah mendapat pekerjaan sebagai supir antar kota.
Ibu
Uli : Bagus kalau begitu.
Tina : Wahh, asik..! Jadi kapan ayah
pulang kak?
Uli : Iya bu, tapi sepertinya
ayah pulangnya bulan depan karena bulan ini ayah belum menerima gaji.
Ibu
Uli : Tidak apa, nak. Yang
penting ayah sehat disana supaya bisa membiayai kalian.
Tina : Nanti kalo ayah pulang, aku
ingin dibelikan apa ya?
Uli : Tina..
Tina : (tersenyum)
*keesokan harinya di kampus..
Ibu
Siska : Selamat pagi. Seperti yang
sudah kita sepakati sebelumnya, hari ini adalah hari terakhir pembayaran uang praktikum.
Dan di buku catatan ibu, tinggal Uli yang belum membayar. Bagaimana dengan kamu
Uli? Apakah kamu sudah punya uang?
Bella :
Ya ampun ibu, uangnya itu nggak ada. Dia kan miskin.
Christin :
Iya bu. Gayanya aja norak.
Ibu
Siska : (dengan suara yang keras)
Bella.. Christin.., kalian tidak boleh seperti itu. Justru sebagai teman kalian
harus saling membantu.
Tika : Membantu? Yang ada mereka
selalu menindas dan menghina Uli. Bahkan mereka tidak pernah menganggap Uli
sebagai teman. Mereka cuma orang kaya yang sombong dan tidak mandiri.
Ibu
Siska : Sudah…sudah. Semuannya
diam. Bella dan Christin nanti setelah kelas ini selesai, kalian temui saya di
kantor. Karna ada hal yang harus kita bicarakan.
Bella :
Paling mau minta sumbangan buat kampus (sambil melihat Christin).
Ibu siska : Bagaimana Uli, kamu sudah bawa uangnya?
Uli :
Sudah bu, ini uangnya. (sambil menyodorkan beberapa lembar uang)
Ibu
siska : Baiklah. Berarti sudah
semua yang bayar uang praktikum. Ingat, dua hari lagi kita akan melakukan praktik.
Bawa perlengkapan kalian. Jangan ada satupun yang ketinggalan. Yang paling utama
kalian bawa adalah P3K, pakaian, selimut dan tentunya alat tulis kalian. Saya
permisi.
Prolog :
Setelah kelas selesai, Bella dan Christin
pergi ke kantor ibu Siska. Di ruangan tersebut, ibu Siska menegur mereka karena
nilai mereka yang jelek. Tetapi, ibu Siska selalu memberi mereka kesempatan.
Setelah mendapat teguran, Bella dan Christin keluar dari ruangan tersebut dan
mereka melihat Tika dan Uli yang sedang duduk berdua.
Bella : Heh, kampung. Ngapain kalian disini?
Pasti kalian nguping pembicaraan kami kan?
Christin :
Iya benar. Kalian pasti nguping. Ngapain lagi coba.
Tika : (sambil bergerak untuk
berdiri) Kalian jangan memfitnah orang sembarangan. Ini tempat umum, siapapun
berhak disini termasuk kami. Emang ini kampus eyangmu apa.
Uli :
Sudahlah Tika..
Bella : (mendekati Tika) Tau diri
dong! Kalian itu bisa kuliah disini karena bantuan dari papi aku. Kalo papiku
nggak jadi donatur di kampus ini, mungkin aku nggak akan ketemu makhluk seperti
kalian ini.
Christin : Iya, bener banget. Dengerin tuh,
bapaknya Bella yang biayain kalian disini.
Tika : Kita liat aja nanti, sampai
kapan kalian bisa bergantung sama harta orang tua kalian itu. Dasar anak manja!
Uli : Tika jangan seperti itu.
Ayo kita ke perpustakaan.
(meninggalkan
Bella dan Christin)
Bella : Makan tuh buku. Huh..
Christin : Ngomong-ngomong makan, Christin
laper nih Bella. Ke kantin yuk.
Bella : Iya nih, Bella juga laper.
Cabut yuk..
Christin : Yuk.. (sambil berjalan)
Bella : Ehh, salah. Bukan kesana.
Sini!
Christin : (menepuk pelan dahi) Aduh maaf
Bella. Christin jadi nggak fokus.
Prolog
:
Setelah
perkuliahan hari ini selesai, Uli dan teman-temannya meninggalkan ruangan
tersebut dan menjalani aktivitasnya
masing-masing. Beberapa di antara mereka ada yang pergi ke restaurant, ada yang
berbelanja ke Mall, ada juga yang berbincang-bincang di taman kampus. Berbeda
dengan Uli. Setiap harinya, ia harus pulang ke rumah untuk membantu ibunya di
sawah.
Ibu
Uli : Uli, kamu sudah makan?
Ini sisa roti satu lagi, makanlah! Kamu sudah lelah berjalan kesini.
(menyodorkan roti)
Tina :
Kak Uli kaan Strong. Ya udah, rotinya
buat aku aja kalo kakak nggak mau.
Uli :
(membelai kepala Tina) Kalo kamu bukan Strong,
tapi rakus. Ini buat kamu.
(memberikan
roti)
Ibu Uli :
(memegang pundak ke dua putrinya)
Rajin-rajinlah
kalian belajar nak, hanya itu yang membuat ibu senang. Agar kalian nanti bisa
menjadi orang yang hebat.
Uli :
Iya ibu, pasti nanti Uli akan menjadi orang yang sukses dan hebat.
Tina :
Tina juga bu, akan menjadi orang yang sangat hebat seperti yang ibu bilang.
Ibu Uli :
Iya, anak ibu dua-duanya hebat. (sambil memeluk ke dua putrinya)
*keesokan harinya..
(telepon berdering)
Uli :
Halo ayah!
Rekan ayah : Apakah ini keluarga pak Arifin?
Uli :
Iya benar, saya anaknya. Dengan siapa saya berbicara?
Rekan
ayah : Saya rekan kerja pak Arifin
ingin memberitahukan kelapa keluarga bahwa pak Arifin tadi malam mengalami
kecelakaan.
Uli : (terdiam sejenak) Jadi
gimana keadaan ayah saya?
Rekan
ayah : Maafkan kami nak, Tuhan
berkehendak lain. Kami terlambat membawanya ke rumah sakit sehingga nyawanya
tak dapat tertolong. Besok pagi jasad pak Arifin akan kami bawa kesana.
Tina : (memandang Uli yang sedang
menangis) Kak, ada apa? Kenapa kakak menangis? Siapa yang menelepon kak? Kak.
Kenapa kakak diam saja?
Uli : (pergi meninggalkan Tina)
Tina : Kakak.. (sambil berlari
mengejar Uli)
*sesaat
kemudian di sawah..
Ibu
Uli : (mendekati Uli) Ada apa,
nak? Apa yang terjadi?
Uli : (sambil mengusap air mata)
Bu, aku tadi mendapat telepon dari teman kerja ayah. Katanya ayah kecelakaan,
bu.
Ibu
Uli : (terkejut dan menangis)
Jadi bagaimana keadaan ayah sekarang?
Tina : (tergesa-gesa menghela nafas)
Uli : Ayah terlambat dibawa ke
rumah sakit, bu. Jadi nyawa ayah tak dapat tertolong. (menangis tersedu-sedu)
Tina : Hah! Ayah.. (menangis)
Prolog :
Uli
beserta keluarga nya pun menangis histeris, seakan tak percaya bahwa ayah
mereka telah
tiada, semua seperti mimpi dan membuat
hati mereka luluh lantak dan tak berdaya. Begitu pun dengan ibu Uli yang tak
mampu untuk berkata-kata, air mata pun tak tertahankan lagi, dihadapan
anak-anaknya. Tetapi beruntungnya Uli memiliki sahabat seperti Tika..
Uli : Ini tidak mungkin terjadi.
Kenapa secepat ini ayah pergi meninggalkan kami. Kami masih membutuhkan ayah.
(sambil menangis)
Tika : Sudah Uli, (sambil memegang
bahu Uli) ayahmu sudah tenang bersamaNya disana. Sekarang tugasmu hanya
memikirkan masa depanmu dan masa depan adikmu.
Uli : Mungkin kamu berkata seperti
itu karena kamu tidak merasakan apa yang aku rasakan saat ini, Tika. Kalau kamu
rindu pada ayahmu, kamu bisa menemuinya. Sedangkan aku? Aku tidak tau mau
mencarinya kemana, bahkan aku tak tau dimana dia sekarang.
Tika : Iya Uli, aku tau apa yang kamu
rasakan. Tapi tidak sepantasnya kamu seperti ini, terlalu larut dalam
kesedihan. Aku yakin, Tuhan sudah menyiapkan tempat yang indah disana untuk
ayahmu.
Uli : (sambil menangis) Kamu tau
apa Tika, kamu tau apa? Kamu memang sahabatku tapi kamu tidak mengerti
perasaanku saat ini. Kamu berkata seperti itu karena kamu tidak tau bagaimana
rasanya menjadi aku. Kamu tidak tau bagaimana rasanya kehilangan orang yang
selama ini menjadi penyemangat hidupmu. Kamu tidak tau dan tidak akan pernah
tau!
Tika : Iya Uli, aku mengerti..
Uli : (sambil berteriak) Sampai
kapanpun kamu tidak akan mengerti!
Tika : (sambil menangis) Baiklah
Uli, aku minta maaf karena tidak mengerti kamu.
(pergi
meninggalkan Uli)
*beberapa
saat kemudian para pelayat meninggalkan rumah duka sambil bersalaman…
Ibu
Siska : Yang sabar ya Uli, ibu
yakin kamu bisa melewati ini semua.
Uli : Iya bu, terima kasih bu.
(sambil memeluk)
Bella : Turut berduka.
Uli : Terima kasih..
Christin : Turut berduka ya..
Uli : Terima kasih..
Prolog :
Seminggu
telah berlalu, kesedihan masih tampak di wajah keluarga Uli. Masih tak
menyangka bahwa tidak ada lagi sosok
seorang ayah di keluarga mereka. Sulit diterima. Berusaha untuk ikhlas,
menerima kenyataan. Kebahagiaan yang akhirnya terkikis oleh tangisan dan air
mata. Inilah awal dari perjuangan Uli.
Tina : (sambil memegang bahu Uli)
Kakak jangan bersedih terus. Ibu butuh kita sekarang. Kalau kita seperti ini
terus, itu akan membebani ibu, kak.
Uli : (sambil menangis) Rasanya,
kakak belum siap dengan situasi ini, dik.
Tina : Sudah lah kak, kita semua
juga merasa kehilangan. (sambil menghapus air mata Uli)
Uli : (sambil tersenyum) Iya dik,
kakak akan berusaha untuk kamu dan ibu.
*beberapa
saat kemudian..
Ibu
Uli : Sudahlah nak, sekarang
harus istirahat karena besok Tina harus sekolah dan Uli juga harus kuliah.
Uli : Bu, apa aku bisa
menyelesaikan kuliahku?
Ibu
Uli : (sambil memeluk Uli) Ibu
yakin kamu pasti bisa menyelesaikan kuliahmu nak. Ibu akan berusaha untuk
kalian berdua. Ya sudah, tidurlah nak. Supaya besok tidak terlambat.
Uli : Iya bu.
*keesokan
harinya..
Uli : Aku pergi ya bu..(sambil
bersalaman)
Tina : Aku juga pergi ya bu.
Ibu
Uli : Iya, kalian hati-hati ya
nak. Rajin-rajin lah belajar.
Uli
dan Tina : Baik bu.
*beberapa
jam kemudian sepulang Tina dari sekolah..
Tina : Bu.. ibu… ibu dimana ya? Bu..
ibu.. oh mungkin ibu masih di sawah.(sambil melepas sepatu) Pasti ibu lelah
setelah seharian bekerja di sawah. (berjalan ke dapur) Sepertinya kalau aku
masak sesuatu untuk ibu, ibu pasti akan senang. Setelah itu, aku akan
mengantarkan makanan untuk ibu. (sambil tersenyum)
Prolog :
Maksud
ingin berbuat baik malah menjadi malapetaka. Hal yang tak terduga terjadi
begitu
saja. belum lama ayahnya meninggal,
sekarang mereka harus menghadapi cobaan yang semakin membuat mereka terpuruk
dalam kesulitan.
Tina : Lebih baik aku menanak nasi
dulu, setelah itu aku akan memasak lauk untuk ibu. (sambil mengambil panci yang
berisi beras dan meletakkan di atas kompor.Lama sekali. Lebih baik aku membaca
novel yang baru ku pinjam dari perpustakaan tadi. ( tak lama kemudian Tina
tertidur)
*beberapa jam kemudian..
Tina : (terbangun) Uh, bau apa ini?
Kenapa banyak sekali asap di rumah? (sambil mengendus-endus) Astaga, tadi aku
menanak nasi! (sambil berlari) Kebakaran, kebakaran… Tolong.. tolong…! Uhuk..
uhuk.. tolong.. tolong…
*sesampainya
ibu di rumah..
Ibu
Uli : (panik) Kenapa ini?
Kenapa rumahku terbakar? Dimana anak-anakku?
Ibu
Uti : Sepertinya tadi Tina lupa
mematikan kompor, sehingga rumah kalian terbakar.
Ibu
Uli : Jadi dimana sekarang
Tina? Dia tidak apa-apa kan?
Ibu
Uti : Dia tadi pingsan karena
kekurangan oksigen, jadi dibawa ke puskesmas.
Ibu
Uli : (sambil menangis) Tuhan,
cobaan apalagi ini?
Ibu
Uti : Sudahlah bu, tetangga
yang lain sudah memadamkan apinya dan dan keadaan Tina pun baik-baik saja, yang
sabar ya bu. Pasti ibu bisa melewati semuanya.
Ibu
Uli : Iya bu, terima kasih.
Aku ingin melihat keadaan Tina dulu.
Ibu
Uti : Baiklah, biar ku
antarkan.
*sesampainya
di puskesmas..
Ibu
Uli : (sambil menangis)
Bagaimana keadaanmu, nak?
Tina : Aku baik-baik saja, bu. Ibu
sudah makan?
Ibu
Uli : Sudah nak, sudah..
Tina : Maafkan aku bu, karena aku
menyebabkan rumah kita terbakar.(sambil menangis) Tadi aku hanya ingin
menyiapkan makanan untuk ibu. Tapi aku malah tertidur dan lupa mematikan
kompornya. Maafkan aku ibu..
Ibu
Uli : Sudah nak, itu hanya
kecelakaan. Yang penting kamu tidak apa-apa.
Ibu
Uti : Sebaiknya kita ke rumahku
saja dulu karena nanti kalau Uli sudah pulang, dia pasti mencari kalian. Kamu
sudah baik-baik saja kan, Tina?
Uli : (sambil berlari) Ibu,
kenapa rumah kita terbakar bu? Apa yang terjadi?
Ibu
Uti : Sudah, nanti ibu
ceritakan. Sekarang kita ke rumah ibu saja, kita beristirahat disana.
Uli : (menganggukkan kepala)
Prolog :
Sudah
beberapa hari Uli tidak masuk kuliah karena ia tidak tega melihat ibunya
bekerja
sendirian, sehingga ia harus
mengorbankan kuliahnya agar dapat membantu ibunya di sawah. Tetapi itulah yang
terjadi, seperti pepatah mengatakan “Sudah jatuh, tertimpa tangga) seperti
itulah yang dirasakan keluarga Uli saat ini.
Ibu Uli :
Sudah nak, kamu pulang saja duluan. Nanti ibu akan menyusul.
Uli :
Baik bu, tapi ibu tidak apa-apa kalau aku tinggalkan sendirian?
Ibu Uli :
Iya nak, ibu tidak apa-apa.
Uli :
Iya bu, aku pulang ya.
Ibu Uli :
Kamu hati-hati ya nak.
Uli :
Iya bu.
*sesampainya di rumah…
Madam Eno : Hei.. Dimana ibumu? Aku mau nagih hutang-hutangnya.
Uli :
(terkejut dan heran)Ibu sedang di sawah, mungkin sebentar lagi akan sampai.
Madam Eno : Okelah, ku tunggu disini saja.
Uli :
Kalau begitu saya permisi dulu.
Madam Eno : Ya udah, sana.. sana..
*beberapa menit kemudian…
Ibu Uli :
(masuk ke dalam rumah) Madam Eno, ada apa datang kesini?
Madam Eno : Ada apa kau bilang? Aku kesini mau nagih hutang-hutangmu.
Ibu Uli :
Maaf madam, saat ini saya belum punya uang.
Madam
Eno : Belum punya uang? Berapa hari yang lalu juga kau bilang belum
punya uang. Kapan kau punya uang?
Ibu
Uli : Sepertinya bulan depan
madam, karena gaji saya bulan ini dipakai untuk renovasi rumah.
Madam
Eno : Renovasi rumah bisa, masa bayar
hutang aja nggak bisa? Aku nggak perduli, pokoknya bayar sekarang.
Ibu
Uli : Saya minta kelonggaran
waktu madam. Tolonglah.. (dengan wajah memelas)
Madam
Eno : Okelah, aku kasih kelonggaran.
Ibu
Uli : Baik madam, terima kasih
banyak.
Madam
Eno : Ya sudah, aku pergi dulu. Mau
nagih hutang si Yuyun lagi. (meninggalkan rumah ibu Uli)
Uli : Ibu.. aku sudah selesai
memasak. Ohya, tadi ada yang mencari ibu.
Ibu
Uli : Iya nak, tadi ibu sudah
bertemu dengannya.
Uli : Bu, sebaiknya aku berhenti
kuliah saja supaya tidak menyusahkan ibu.
Ibu
Uli : Ingat pesan ayah kamu.
Kalian harus rajin belajar dan sekolah setinggi-tingginya agar tidak menjadi
seperti ayah dan ibu. Kamu sudah lihat bagaimana sulitnya menjadi seperti ibu.
Jadi kamu harus berusaha mengubah hidup kita, nak.
Uli : (terdiam) Baiklah bu.
Ibu
Uli : Besok kamu harus masuk
kuliah, ibu tidak mau melihat anak-anak ibu manjadi pemalas begini. Biarlah ibu
saja yang bekerja.
Uli : Iya bu.
*keesokan
harinya di kampus..
Bella : Wahh, udah masuk kuliah nih si
rakyat jelata.
Christin :
Iya nih, kirain udah jadi kuli. (sambil tertawa)
Bella :
Sombong banget dia.
Uli :
(berjalan kea rah bangkunya) Tika, kamu apa kabar?
Tika :
Baik.
Uli :
Aku rindu sekali denganmu, Tik.
Tika :
(terdiam)
Uli :
Tika, kenapa kamu diam saja? Jawab aku.
Tika : aku merasa gagal menjadi
sahabatmu, karena seperti yang kamu katakan kalau aku tidak mengerti kamu.
Uli : Kamu pasti seperti ini
karena kejadian waktu itu. Aku minta maaf, Tik. Aku tidak bermaksud untuk
bicara seperti itu.
Ibu
Siska : (berjalan masuk ke kelas) Selamat pagi…
Mahasiswa : Pagi bu…
Ibu
Siska : Uli, kenapa beberapa hari
ini kamu tidak masuk?
Uli : Saya membantu ibu di sawah,
bu.
Bella : Cocok banget kamu mainnya di
sawah. (sambil tertawa)
Christin : Bener banget tuh, emang cocok.
Ibu
Siska : Sudah.. sudah jangan
rebut. Kita mulai pelajaram, kalian buka buku kita halaman 56. Jawab semua
pertanyaan yang ada, kalau ada yang tidak dipahami silahkan tanyakan pada saya.
Mahasiswa : Iya bu…
*dua
jam kemudian…
Ibu
Siska : Baiklah, sampai disini
pelajaran. Kita lanjutkan minggu depan.
Bella : Chris, nanti temenin aku ke
Mall ya. Bete banget nih.
Christin : Bete kenapa Bella?
Bella : Mami papi aku belum balik dari
Australi, sepi banget rumah.
Christin : Oke deh Bella..
Prolog :
Beberapa
bulan telah berlalu, akhirnya Uli dan teman-temannya akan menyelesaikan
studinya
di bangku kuliah. Uli sebagai salah satu
mahasiswa yang tergolong pintar di kelasnya, mengalami kesulitan dalam studi di
semester akhir ini. Tapi ia tidak pernah menyerah.
Uli : Bu, tidak terasa aku akan
menyelesaikan kuliahku. Tapi aku butuh biaya untuk keperluan wisuda nanti. Apa
ibu masih punya uang simpanan?
Ibu
Uli : Sebenarnya uang simpanan
ibu hanya cukup untuk makan kita sehari-hari. Tapi ibu akan usahakan untuk
kamu, nak.
Uli : Bagaimana caranya bu?
Ibu
Uli : Sepertinya kita harus
menjual sepeda motor peninggalan ayahmu nak. Karena Cuma itu harta satu-satunya
yang bisa kita jual.
Uli : Apa ibu yakin ingin
menjualnya?
Ibu
Uli : Iya nak, lagian itu
motor tua dan jarang sekali kita gunakan. Nanti kalau ibu sudah gajian, akan
ibu belikan motor yang lebih bagus lagi.
Uli : Baiklah bu..
*dua
hari kemudian..
Ibu
Uli : Nak, ini uang yang kamu
perlukan. Pergunakan lah dengan baik.
Uli : Terima kasih bu. Doakan aku
ya bu.(sambil memeluk)
Ibu
Uli : Iya nak, pasti ibu
mendoakan mu.
Uli : Kalau begitu aku berangkat
ya bu. (sambil bersalaman)
Ibu
Uli : Iya nak, hati-hati.
*sesampainya
di kampus..
Christin :
Ups! Bella.. Bella.. liat tuh temennya si rakyat jelata. Ih, kampungan banget.
Bella :
Iya, bener tuh, Chris. Kita samperin yuk!
Christin :
Yuk…
Bella : Heh, kamu temennya rakyat
jelata. Mana temen kamu yang kampungan itu? Tumben ga barengan?
Tika : Kenapa sih kalian itu taunya
ganggu orang aja. Nggak punya kerjaan lain apa?
Christin : Biasa aja dong. Kita kan Cuma nanya
temen kamu yang kampungan itu.
Bella : Tau nih, sensi banget. Lagi
dapet ya? (sambil tertawa)
Tika : Minggir! (meninggalkan Bella
dan Christin)
Bella : Miskin aja udah sok.
Christin : Iya tuh, cabut yuk..
*beberapa
lama kemudian…
Uli : Itu Tika! Kasihan dia
sendirian terus sejak kejadian waktu itu. Aku deketin aja dia, trus minta maaf.
(sambil berjalan)
Tika apa kabar? Sudah
lama kita tidak bicara, aku rindu seklai. Mengenai kemarin, aku minta maaf ya.
Aku sadar kalau aku salah.
Tika : (diam sejenak) Iya Uli, udah
aku maafin kok.
Uli : Jadi kamu masih marah sama
aku? Aku benar-benar menyesal, Tik. (sambil memeluk Tika)
Tika : Iya Uli, aku mengerti dengan
keadaanmu saat itu. Bagaimana pun kamu, kamu tetap sahabatku.
Uli : Makasih ya Tika, kamu
memang sahabat terbaik. Ohya, lusa kita wisuda, kamu sudah mempersiapkan
semuanya?
Tika : Udah dong, sudah ku
persiapkan semuanya.
(telepon berdering)
Tika :
Sebentar ya Uli.
Halo
ayah! Aku rindu sekali dengan ayah, lusa aku wisuda yah. Ayah dan ibu jangan
terlambat ya.
Uli : Bahagia sekali Tika. Bisa
berbicara dengan ayahnya. Kalau saja ayah masih ada, pasti aku sebahagia
Tika.(meneteskan air mata)
Tika : Aduh, maaf ya tadi ayahku
menelepon. Kamu nggak apa-apa kan?
Uli : (mengusap air mata) Aku
nggak apa-apa Tika. Tiba-tiba saja aku rindu ayah.
Tika : (sambil memeluk) Dia sudah
tenang disana.
Prolog :
Hari
yang dinantikan telah tiba, Uli dan teman-temannya telah menyelesaikan
studinya.
Tampak kebahagiaan terpancar dari wajah
mereka, tetapi tidak dengan Uli. Gadis itu terlihat murung walaupun ia menjadi
mahasiswa terbaik di kampusnya. Dan keberuntungan selalu berpihak kepada Uli,
ia langsung mendapat tawaran untuk bekerja.
Ibu Siska : Uli, kesini sebentar. Ada yang ingin ibu bicarakan.
Uli :
Sebentar ya, Tik. Aku menemui ibu Siska dulu.
Tika :
Iya, aku juga mau ke toilet dulu.
Uli :
Ada apa ya, bu?
Ibu
Siska : Silahkan duduk. Begini,
ibu akan melanjutkan kuliah ke luar negeri. Jadi ibu tidak bisa menjadi dosen
lagi disini. Ibu ingin kamu menggantikan ibu di kampus ini.
Uli : (heran) Menggantikan
bagaimana bu?
Ibu
Siska : Menggantikan ibu sebagai
dosen di kampus ini.
Uli : Kenapa ibu memilih saya?
Ibu
Siska : Karena ibu percaya sama
kamu dan ibu yakin kamu pasti bisa.
Uli : (terdiam sejenak) Saya
tidak sedang bermimppi kan, bu?
Ibu
Siska : (sambil tersenyum) Tidak
Uli, ini nyata. Ibu yakin, kamu pasti bisa.
Uli : (menangis bahagia) Terima
kasih bu. Terima kasih banyak. Ibu sudah banyak membantu saya.
Ibu
Siska : Iya, tetap semangat ya.
Nanti ibu akan urus semua berkas-berkasnya. Setelah itu, ibu kabarin kamu.
Uli : Iya bu, terima kasih
banyak.
*sesampainya
di rumah..
Tina : (sedang membaca buku)
Uli : Ibu.. ada berita gembira.
Ibu
Uli : Sebentar lagi aku akan
menjadi dosen, bu. Menggantikan ibu Siska yang akan melanjutkan kuliahnya ke
luar negeri.
Ibu
Uli : (sambil memeluk) Selamat
ya nak.
Uli : Iya bu.
Tina : Kakak sudah mendapat
pekerjaan?
Ibu
Uli : Iya nak, sebentar lagi
kakakmu akan bekerja sebagai dosen.
Tina : Asik.. nanti kakak bisa
beliin aku baju baru dong.
Uli : Iya dik, nanti kalau kakak
sudah menerima gaji, kakak akan belikan baju yang bagus sekali untuk kamu.
Ibu
Uli : (tersenyum memeluk Tina
dan Uli)
*satu bulan kemudian..
Madam
Eno : Heh, gimana ini hutangmu sudah
lama tak dibayar. Banyak kali alasanmu setiap aku nagih hutang. Kapan dibayar?
Ibu
Uli : Maaf madam, saat ini
saya belum punya uang.
Madam
Eno : Alasan terus, alasan! Kapannya
jadi kau bayar? Ah, ginilah. Kalau nggak kau bayar sekarang, biar lah samaku
rumah kau ini.
Ibu
Uli : (sambil memohon) Jangan
madam. Aku mohon diberikan waktu lagi.
Madam
Eno : Terusnya gitu alasanmu. Waktu itu
kau bilangnya beri waktu, sekarang beri waktu lagi. Kalau nggak gini lah,
keluar lah sekarang kalian dari rumah ini, biarlah rumah ini ganti hutangmu.
Ibu
Uli : Jangan madam…
*dari
kejauhan Uli datang…
Uli : Ada apa ini, bu? Kenapa ibu
menangis?
Madam
Eno : Ibumu ini sudah lama nggak bayar
hutangnya. Nggak ngerti lagi aku. Kalau nggak bisa lagi kalian bayar sekarang,
rumahmu ini yang ku sita.
Uli : Jangan bu. Saya yang akan
membayar. Memangnya berapa banyak hutang kami?
Madam
Eno : Ibu.. ibu.., yang kau pikirnya
aku ibumu? Sudah ku bilang, panggil aku madam. Ini kau lihat aja buku hutang
kalian.
Uli : (sambil menyodorkan amplop)
Ini saya bayar hutang kami kepada madam beserta bunganya.
Madam
Eno : Nah, gini lah. Kan enak langsung
lunas. Lain kali kalau mau hutang, datang saja kepadaku. Ya sudahlah, aku
pulang dulu.
Uli : Terima kasih, madam.
Ibu
Uli : Sudah nak. Mari kita
masuk.
Prolog :
Seiring berjalannya waktu, kehidupan keluarga Uli mulai
berubah. Ibu yang dulu mencangkul
di sawah, sekarang sudah
memiliki usaha. Uli yang dulu berpenampilan sederhana, sekarang berubah menjadi
lebih menarik. Suatu hari, tanpa sengaja Uli bertemu dengan teman-teman
kuliahnya dulu.
Tika : Uli..
Uli : Eh.. Tika!
Tika : (sambil berpelukan) Sudah lama kita tidak bertemu,
kamu mau kemana?
Uli : Iya, Tik. Aku mau pergi bekerja. Kalau kamu mau
kemana?
Tika : Aku juga mau pergi bekerja. Kamu kerja dimana,
Uli?
Uli :
Aku bekerja di kampus kita dulu sebagai dosen. Bu Siska yang meminta ku untuk
bekerja disitu menggantikannya karena beliau ingin melanjutkan kuliah ke luar
negeri.
Tika :
Wah.. kamu hebat!
Uli : Kamu bekerja dimana Tika?
Tika :
Aku bekerja di Bank ITU sebagai supervisor. Waktu itu aku membuat surat lamaran
ke Bank ITU, karena menurut mereka kinerja ku sangat bagus, jadi direktur
langsung menaikkan jabatanku.
Uli :
Wah.. kamu hebat Tika!
Tika :
(tresenyum)
*beberapa saat kemudian Bella dan Christin muncul..
Tika :
Eh.. Christin kamu mau kemana?
Christin :
(terkejut dan tersenyum) Eh.. Tika, Uli.. Aku mau pulang.
Tika :
Mana Bella? Biasanya kalian selalu barengan.
Bella :
Duh..Chris, kamu cepat banget jalannya.
Christin :
Itu dia.
Uli :
Bella, kamu apa kabar?
Bella :
(menatap malu) Baik, kalau kalian?
Uli :
Kami juga baik.
Christin :
Kalian bekerja dimana?
Tika :
Uli sekarang menjadi dosen di kampus kita dulu. Kalau aku bekerja di Bank ITU.
Bella :
(terkejut) Ohya, soal yang dulu itu aku minta maaf ya?
Uli :
Kami sudah memaafkan kalian berdua kok.
Christin :
Iya, maafin kita karena selama ini udah ngatain kalian berdua.
Tika :
Kita berdua udah maafin kalian kok.
Bella :
Makasih Uli, Tika. (sambil memeluk Uli)
Christin :
Makasih ya. (sambil memeluk Tika)
Epilog :
Sudah lama ayah meninggalkan ku dan meninggalkan kami
semua. Aku sangat
merindukannya. Semenjak
kepergiannya, hidup kami berubah. Satu persatu cobaan datang menghampiri
keluarga ini. Tetapi aku beruntung dihadirkan di tengah-tengah keluarga ini.
Sekarang aku adalah tulang punggung keluarga, itu semua berkat motivasi darinya.
Aku yakin dia pasti sedang tersenyum memandang ku dari sana, dari tempat yang
jauh, walaupun aku tak dapat melihat senyumannya. Tuhan.. sampaikan rinduku
untuk ayah di Surga.
---TAMAT---
Play for real at one of the largest slot sites in India
BalasHapusPlay online casino games for real at หาเงินออนไลน์ one of the 메리트카지노 largest slot sites in India. Play online casino games for real at one of the 카지노사이트 largest slot sites in India.
▷ Casino Site Review 2021 + 100 FS | Lucky Club
BalasHapusFind the luckyclub.live best Casino Site review for you 2021. the best bonus offers to claim free spins, free spins, no deposit bonuses for players who want to play